End 2021 : Drop Some Words
Serius, mempelajari tentang hidup adalah mempelajari tentang ketidakpastian. Sesuatu yang relatif. Tidak mudah dipahami, dirumuskan dan juga diterima. Semua bisa bias, bisa semu, bisa juga mengejutkan. Semua berkumpul menjadi satu. Beberapa orang menyebutnya kumpulan dari banyak kekacauan itulah yang dinamakan hidup. Tetapi, itulah indahnya hidup.
Salah satu kekacauan yang dalam satu tahun ini saya pelajari adalah bagaimana seharusnya manusia hidup. Bagaimana ia menilai dan dinilai sebagai manusia dalam sebuah tempat. Kali ini saya merasa ingin menyimpulkannya dalam tiga fase.
Fase pertama adalah fase dimana ia ingin dinilai baik dengan memperlakukan orang lain dengan baik. Katakan saja setiap hari ia selalu menanyakan kabar orang lain, menawarkan bantuan, membagikan sebagian makannya, memuji orang lain, mendengarkan orang lain, dan selalu hadir dalam segala macam perkumpulan yang datang mengajak. Di saat itu, ia selalu bahagia dengan melihat orang lain bahagia karena keberadaannya. Ia merasa semua orang akan memperlakukan dirinya sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Ringkasnya, ia sedang berinvestasi kebahagiaan dirinya kepada orang lain. Tunggu, berinvestasi? Ya. Ia memunculkan harapan akan mendapatkan hal yang lebih banyak ketimbang apa yang ia berikan di masa yang akan datang. Investasi Kebahagiaan.
Selang beberapa waktu, tentu ia juga memiliki masa dimana memerlukan bantuan, memerlukan telinga untuk bisa mendengar, memerlukan orang untuk hadir dan mengerti kesulitan yang sedang dihadapi bahkan paling tidak menanyakan kabar dirinya. Maka, saat itulah ia sedang menunggu momentum. Adakah orang lain hadir? Adakah orang lain yang mau mendengar? Adakah orang lain yang siap direpotkan hidupnya? Wow! Tidak ada. Secara logika, harusnya ada. Tentu ada. Apakah benar setidak ada itu? Ternyata, benar. Sungguh benar tidak ada.
Tibalah di fase kedua. Fase dimana ia ingin dinilai baik dengan memperlakukan dirinya dengan baik. Rutinitas hariannya hanya untuk dirinya. Tak perlu lagi sibuk mengetahui keadaan orang lain, memperhatikan, menanyakan kabar, menawarkan bantuan, membagikan makan, memuji dan mendengarkan orang lain. Cukup. Kali ini, ia ingin bahagia dan memunculkan kebahagiaan dari dirinya sendiri. Yang tak pernah lelah bangkit walau sedang sakit, yang tak pernah kecewa walau sedang salah, dan yang tak lupa memaafkan walau sering dikecewakan. Gampangnya, selflove. Saat ini lah kekuatan dirinya hadir. Ia bisa kuat walau tak ada orang lain yang menguatkan. Karena ia tahu obat yang dosisnya tepat bagi dirinya.
Komentar
Posting Komentar