AGRA : Tremendeous Fog in Taj Mahal

Memang masih melekat. Meskipun beberapa bulan telah lewat.

23 Januari 2019, pukul 18.30 waktu Rajashtan. Suhu udara masih berada di kisaran 15-16°C.
Selepas kami berkunjung ke tempat kerja teman, kami kembali ke flat untuk berkemas mengambil backpack.
Dengan segala kebaikannya, meskipun sedang tidak dalam kondisi sehat, dia tetap mau mengantar kami menuju tempat agen-agen bus.
Awalnya, kami keukeuh ingin menggunakan kereta ke Agra, tapi teman kami tidak menyarankan itu karena efisiensi waktu. Sejujurnya alasan kenapa lebih memilih menggunakan kereta adalah karena kami takut naik bus malam-malam. Dimana posisi sekarang tidak ada teman yang kami kenal di Agra. Tapi, dia tetap meyakinkan bahwa kami akan aman. Dengan segala usaha untuk menghilangkan perasaan takut tersebut, kami memutuskan untuk meng-iyakan.

Kepergian kami dari Jaipur dengan bus tidak melalui terminal seperti saat kami bertolak dari Delhi, tetapi kami diantarkan ke agen-agen bus di pinggir jalan yang sepertinya memang banyak penumpang naik dan turun di tempat tersebut. 

Ramainyaa...masyaAllah.

Lagi lagi kami sangat bersyukur dengan keberadaan teman kami, karena semua tulisan yang tertera di bus menggunakan bahasa Hindi, sehingga tidak akan paham kemana tujuan dari bus yang akan kita naiki. Namun, jika sahabat ingin naik melewati ISBT di Jaipur dengan memesan tiket sendiri juga bisa jadi pilihan atau lebih mudah lagi booking via redBus.
Menunggu sekitar 10 menit. Bus kami belum nampak.
Percaya atau tidak, kami belum makan apapun setelah tapakan pertama di Jaipur, paani-puuri. 

Tak lama berselang, bus Jaipur-Agra telah berhenti di depan kami. Kami segera naik dan berpisah dengan teman baik. 
I hope that wasnt my last time.

Perjalanan menggunakan bus kali ini agak berbeda dengan sebelumnya. Agak sedikit was-was, pasalnya tidak ada perempuan selain kami yang berada di dalamnya, jadi kami berjaga bergantian untuk tidur. Gelap dan dingin mencekat. Nampak jarang gemerlap lampu di sepanjang jalan. Sepertinya Agra akan lebih menantang. 

Benar saja, di tengah perjalanan bus kami berhenti di rest area daerah Mahwa, Tekra. Kondektur bus mempersilakan seluruh penumpang untuk turun. Washroom nya sepi, gelap, tidak begitu bersih dan agak tidak sedap baunya. Penerangan di sekitar rest area tersebut juga tidak banyak.

Freezing!
Sembari menunggu penumpang yang lain, kami booking hotel di sekitar Taj Mahal, sebisa mungkin tak terlalu jauh dan yang paling utama itu...murah hihi 
Selama perjalanan dari Jaipur menuju Agra, kami memonitor lewat gmaps dan sekitar 10 menit sebelum sampai ke hotel kami sudah memberitahukan ke kondektur dimana kami turun. Mamu -red paman yang jadi kondekturnya baik banget, meskipun tidak terlalu paham bahasa Inggris dia tetap mau menunjukan arah kemana kami seharusnya turun. Alhasil kami diturunkan di dekat salah seorang driver rikshaw. Mungkin kalo pake ilmu kirologi (ilmu kira-kira) begini percakapannya;

Kondektur : Bro, ini ada turis mau ke Hotel Sheela, anterin yaa
Driver rikshaw : Yoi, beres aman lah 😎

Fyi, Hotel Sheela ini hotel paling deket dengan Taj Mahal. Dia ada di East Gate, selain deket, murah juga. Alhamdulillah...


Pukul 22.50 waktu setempat, naik rikshaw dengan hembusan angin malam gelap, dingin parah, parah dinginnya, belum siap pakai baju tebal, belum makan, mengantuk, tapi harus tetap waspada. Pengalaman yang super nekat senekat-nekatnya. Terimakasih Allah, Engkau jaga kami dengan Penjagaan-Mu yang Baik. 

Sekitar 20 menit gigi kami bergemeretuk, akhirnya rikshaw berhenti di dekat hotel kami. Jadi karena kami sudah memasuki daerah yang suci dan mulia maka tidak diperbolehkan kendaraan masuk sampai ke daerah Taj Mahal. So, sekitar 1 km kami harus berjalan menuju Hotel Sheela. Lumayanlah keluar keringat sedikit sambil menghangatkan badan. 

Kebetulan, kami bersama 2 turis dari Malaysia dan Singapura ketika check-in di Hotel Sheela jadi tidak berasa sendirian.


Seusai berkutat dengan administrator hotel, masuklah kami ke kamar. Syukurlah, badan ini bisa merebah dengan baik. Dingin super dingin. Ibarat kata, tidur di dalam freezer lemari es, cuci muka dan bebersih dengan air es. Parah dinginnya ya Allaah...
Di dalam kamar tapi berasa di luar. Hembusan napas kami sampai terlihat jelas di udara, saking dinginnya. 

----

January 24th 2019, 5 a.m.

Samar di telinga kudengar panggilan-Mu. Masih setengah sadar, mataku sedikit kubuka. Ya Rabb, terimakasih atas nikmat hidup. Aku kira aku tak sanggup menahan dinginnya udara semalam. Tetapi... Ada yang benar-benar menentramkan dan mengharukan. Aku mendengar adzan, panggilan-Mu setelah beberapa hari tak kudengar. Alhamdulillah.


On the way to the Gate of Taj Mahal


Agra, kau mengharukan.
Kami bergegas menuju Taj Mahal selepas shubuh.
Begitu keluar kamar, kabut masih mengudara dan menebal. Bahkan jarak pandang hanya satu meter saja. Dingin. Kulirik suhu lewat ponselku, 7°C. Pantas saja.

Syahdu, tentram dan khidmat. Aku tak kuasa menahan buliran air mata. Sebentar lagi aku akan melihat salah satu dari tujuh keajaiban di dunia (menurut manusia) dengan izin-Mu. MasyaAllah...
Hanya berjalan sekitar 5 menit, kami sudah sampai di East Gate. Mengantri membeli tiket dan sudah mulai banyak tourguide yang menawarkan jasa. Tapi kami memilih untuk tidak menggunakannya. Terlepas dari alasan penghematan budget, kami ingin menyelami perjalanan di Taj Mahal dengan leluasa dan tak terburu-buru.

Tiket masuk ke Taj Mahal sebesar 1300 rupee per person sudah include alas sepatu dan air mineral. Bangunan ikonik ini memang belum lama dinaikan tarif masuk baik bagi turis lokal maupun turis internasional. Hal tersebut sengaja diberlakukan untuk membatasi jumlah pengunjung situs warisan dunia UNESCO tersebut. 

Tapi jangan salah, kami kira belum banyak pengunjung datang, ternyata kami sudah harus antre panjang. Oiya, demi peningkatan keamanan dan penjagaan kesucian serta kebersihan, setiap turis wajib digeledah. Yap semuanya. Karena kami baru tahu, permen yang kami beli di Bandara Indira Ghandi juga ikut raib. Padahal kan kan lumayan untuk sarapan🙈



Shoe case


Selesai security check, begitu melihat pintu gerbangnya....

Wuaaaa masyaAllah...

TIDAK TERLIHAT!

🤣

Kabutnya begitu tebal


Kabut tebal yang menyelimuti


Tapi mungkin ini cara Allah biar kami stay lebih lama di sini sembari menunggu kabut hilang. Yaa walaupun diluar ekspektasi, tapi tak apalah.
Begitu kami masuk ke pintu gerbangnya, rasa syukur yang tiada terkira memenuhi dada kami. 


Waiting almost over...




Perjalanan yang memang kami niatkan untuk taqarrub sungguh Engkau bingkai dengan sangat indah. Rasa syukur yang tiada terkira, menarik ke belakang perjalanan yang hampir saja tidak terealisasi, justru Kau penuhi dengan sarat isi. 

Begitu melihat sisi samping kanan dan kiri pintu gerbang, sudah Kau sambut dengan perkataan-Mu dalam surah kalam-Mu. 


Can you read it?

Mesmerize



Bangunan berjuta marmer yang indah. 






 Tetiba teringat tujuan utama datang ke India saat liat banyak monyet berkeliaran, Kashmir. 
Selepas ini, semoga Kau tuntun jalan kami. Aamin.



Bajrangbali dalam Film Bajrangi Bhaijan


Terlepas dari hanya buatan manusia, hasrat yang Engkau hadirkan dari seorang lelaki kepada seorang perempuan sungguh nyata aku lihat kesungguhannya. Setiap bentuk yang simetris, yang dipahat dengan tangan. Ini semua adalah kuasa-Mu.




Bahkan ketika di dalam makam, bangunan ini didesain dengan penuh romansa cinta. Gaungan yang tercipta sungguh indah. Sayang, dilarang mengambil gambar dan video. Jadi, sahabat harus kesana ya 🤗

Tak sedikit kulihat bule bule jomblo yang mematung memandang sekeliling. Mengekshalasi dan inhalasi romansa cinta di setiap bangunan, taman dan artefak Taj Mahal. 





Tak sedikit pula kulihat pasangan yang menghidupkan dan menambah romansa cinta mereka sembari mempersiapkan foto pranikah.




Tak jua melulu tentang pasangan, kasih dan sayang seorang bapak untuk putrinya, ibu untuk anaknya, guru untuk muridnya tergambar jelas di setiap sudut Taj Mahal. Tak terlupa pula, kerekatan batin kakak kepada adik dan adik kepada kakak, seperti kami 💚


Sleep tight dear

Hold my hands

Stay in line


Meskipun huru hara saat kami berkunjung begitu tumpah ruah, tidak mengurangi sedikitpun rasa cinta yang melekat pada Taj Mahal. 

Meskipun sampai pukul 2 siang kabut tak kunjung hilang, suhu udara masih tetap di angka 9°C, kami tetap menikmati perjalanan cinta di Taj Mahal🌹

Dan yang paling paripurna adalah kecintaan Engkau kepada hamba-Mu yang tak kunjung habis meski pengkhianatan terus kami berikan. Ampuni kami masih jadi hamba amatiran.







- to be continued





Komentar

Postingan populer dari blog ini

End 2021 : Drop Some Words

Singapura : lewat Batam, ngintip 9 jam

Tears...