DELHI : Almost Gone

04.00 waktu setempat tanggal 22 Januari 2019.
Kami diizinkan masuk dan segera menuju ke counter maskapai.

Processing...

"Sorry, Mam. Your flight was being cancelled"
"Whaaaat!"

---
Kami bertatapan segera dengan belalak mata yang membesar.
Bayangan untuk memegang salju pertama kali seumur hidup hilang sudah. Berbulan-bulan kami merencanakan untuk perjalanan ini, mengorbankan banyak hal, menyisihkan kepentingan lain demi membuat indah perjalanan ini. Tapi, kenyataan ini benar-benar harus dihadapi. Tubuh yang semula berkekuatan 45 bak pahlawan yang siap perang, seketika mengendur, menekuk dan melemah. Agak lebay si, tapi perasaan sedih itu tidak bisa diungkapkan.


Indira Gandhi International Airport


"Why?"
Kakakku segera meminta penjelasan atas pembatalan penerbangan yang mendadak tersebut.
Aku hanya speechless, istighfar sebanyak-banyaknya. Berharap ada pertolongan Allah.

"No reasons. Flight to Srinagar was being cancelled until 26th of January, Mam"

"26th of January?"

Aku langsung mikir, mau apa 5 hari di Delhi sementara kami sudah memimpikan Kashmir lewat perjalanan ini dari tanggal 22-26 Januari. Lima hari yang sungguh berhasil diremas.
Kami masih terus mendesak kepada pihak maskapai alasan pembatalan penerbangan kami. Mengapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya? 

"Is this because of Republic Day of India?"
"Maybe, Mam"
"Is there any flight to Srinagar for tomorrow?"

Masih usaha untuk meminta kebijakan yang lebih baik.
"Sorry, Mam. No flights to Srinagar until 26th of January".

Makin lemas, tapi di sisi lain kami tidak menyerah.
Jadi sahabat, sama seperti bandara lainnya, di Bandara Indira Gandhi juga terdapat beberapa blok berbagai jenis counter maskapai. Kami mencoba bertanya ke semua maskapai dan semua jawabannya,
"Sorry, mam. All booked".

Di salah satu maskapai yang kami tanya tentang penerbangan ke Srinagar di hari itu atau keesokannya, ada satu maskapai yang masih ada seat. Tapi, harga flightnya tidak cukup di kantong kami. Jadi, yaa.. sudahlah.
Salah satu kendala yang membuat kami kebingungan bagaimana pergi ke Srinagar adalah transportasi. Sebenarnya, akses ke Srinagar tidak hanya dengan moda transportasi udara, lewat jalur darat pun bisa dijangkau. Namun, nekat menggunakan jalur darat juga berisiko tinggi karena pada musim dingin banyak jalur bus yang ditutup karena jalanan yang tertutup salju. Dan benar, salah satu teman kakakku dari Irlandia 1 hari lalu menuju Srinagar menggunakan bus tetapi diberhentikan di tengah jalan karena banyak jalur diblok.

Kami menjeda pikiran, hati, dan fakta yang ada. Melipir ke charging kiosk sembari mencoba berpikir lebih jernih.

Memang benar kata Allah,

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS. Al Baqarah 216)

Kami menjejali pikiran bahwa pasti ada sesuatu yang direncanakan-Nya. Entah apa. Yang jelas, ini bagian dari pembelajaran hidup, sabar.

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 06.00. Temperatur beranjak naik menuju 12 derajat celsius. Kami belum menemukan akan kemana kaki ditapakkan.
 

Tak lama berselang, kakakku segera menghubungi temannya yang ada di Jaipur dan Kashmir, berharap mereka memberi solusi kemana sebaiknya kami berjalan. Fyi, karena kami sama sekali tidak punya koneksi internet untuk menghubungi mereka (efek paket internet belum aktif dan WiFi bandara keburu habis limit 45 menitnya), kami terdesak untuk merogoh kocek untuk telepon di stand Airtel yang berbayar sekitar 500 rupee untuk durasi telepon sekitar 20 menit. Hiks! mereka pun tidak memberi solusi.

Dengan situasi bandara yang ramai orang, tidak satu pun kami temui penumpang yang gagal terbang ke Srinagar. Bahkan, tak satu pun pula kami lihat wajah oriental seperti kami di area keberangkatan.
Sembari terus berharap pertolongan Allah, kami bulatkan tekad kembali.
Mencoba bertanya ke counter maskapai penerbangan kami (lagi) bagaimana teknis merefund tiketnya. 

Sebenarnya, aku tidak tahu persis bagaimana kejadian setelah ini berlanjut, karena kebetulan aku dan kakakku bagi tugas, dia yang menuju counter, aku yang menunggu 2 backpack dan hp yang sedang dicharge.
 

Bola mataku berputar kesana-kemari sembari terus dan terus berharap akan keajaiban. 
Waktu berselang sekitar 15-20 menit. Dari jauh aku melihat kakakku berlari ke arahku sambil tersenyum semangat. Sungguh! aku berpikir akan ada kabar baik.


"De, aku ketemu orang Indonesia, dia juga sama dicancel penerbangan ke Srinagarnya. Mereka juga berdua dan minta reschedule di tanggal 25 Januari. Terus, kata petugasnya bisa. Gimana?"


"Yaudah, Mba. Kita reschedule juga aja. Yang penting ke Kashmir 💚💚"


Dengan syukur yang tiada terkira, Kashmir yang teremas kembali bisa kubuka.
Alhamdulillah!
Dan dari sini lah kami mulai berpetualang berempat bersama 2 traveler lelaki (IA) yang bernasib sama. Link cerita lengkap mereka bisa dilihat yaa sahabat :D


http://www.keninglebar.com/2019/02/drama-bollywood-india-mah-kalah.html


---

Keluar dari pintu keberangkatan domestik belum menyudahi keluarnya masalah ini. 
Kami berempat sama-sama terdampar, tidak tahu mau kemana karena putus koneksi internet. Alhasil, berkat ide mas IA yang mau berjalan menyusuri pintu kedatangan sambil cari-cari WiFi gratis ditengah dinginnya udara, berakhirlah kesedihan kami di tapakan pertama India. Kami bersyukur bertemu keluarga sebangsa dan setanah air, bahkan kami diberi tumpangan mobil untuk diangkut ke hostel mereka, sementara.


Ya! tentu sementara, karena kami masih belum tau kemana itinerary selanjutnya, yang utama dalam pikiran kami adalah, "cari koneksi internet".

Dalam perjalanan menuju hostel, kami merencanakan untuk menghubungi teman yang ada di Jaipur dan menumpang disana.

"Ya Allah, luluhkan hatinya, tampung kami dan lindungi kami. Amin."Begitu sampai di hostel mas IA, langsung saja nyelonong nanya ke resepsionis,

"Sorry, what is the WiFi passcode?" hehe

Kami segera ceritakan pengalaman beberapa jam yang lalu kepada teman kami yang ada di Jaipur. Alhamdulillah, dia juga sangat bahagia dan dengan senang hati memberi kami tempat tinggal. Dia sangat welcome dan menanti dengan bahagia 😊, katanya.
 

Pukul 08.00, kami sudah on the way lagi menuju Stasiun Old Delhi menggunakan mobil travel mas IA, tentunya bersama mereka juga. Alasan kami menuju Stasiun Old Delhi adalah untuk mereschedule tiket kereta yang sudah kami booking online dari Indonesia dengan bantuan teman kami yang ada di Delhi. Sekalian juga kami ingin reschedule tiket yang awalnya direncanakan untuk pergi ke Agra.
Jalanan dari New Delhi menuju Old Delhi kian ber-gap. Orang-orang yang berjalan di sepanjang trotoar semula berpakaian modern, semakin mendekati daerah Old Delhi semakin terlihat khas orang India yang berpakaian tradisional. Karena suhu udara semakin turun, ditambah hujan badai kilat menyambar-nyambar, wajar saja semua orang yang berlalu lalang tertutup pakaian yang berlapis-lapis, hampir tak terlihat wajahnya. Suasana hati kami sedikit terhibur dan bahkan mungkin baru saat itu kami menyadari bahwa raga ini sudah di negara orang.

Sampailah kami di Stasiun Old Delhi. 



Old Delhi Station


Langit gelap. Hujan badai. Suhu 12 derajat celsius. Lampu stasiun remang-remang, bahkan ada yang berkedip-kedip. Semuanya lelaki. Sekitar 3-5 orang yang ada di dalam ruang tunggu pembelian tiket.



Wuaa...makin bersyukurlah kami karena bertemu dengan mas IA, tidak tahu bagaimana jadinya kami tanpa mereka.
Aku sangat merasa banyak puluhan mata memandang. Mungkin karena kami foreigner :) sedangkan di Old Delhi jarang berkeliaran foreigner seperti kami. Ibarat kata, aku sedang menunggu Commuter Line JKT di Stasiun Pondok Jati tiba-tiba melintas bule Kashmiri kali yaa...

Begitu masuk ke dalam, kami bingung harus kemana karena hanya sekitar 2 orang yang bertugas jaga loket. Yang paling membuat kami bingung adalah nama di setiap loket tertulis dalam bahasa Hindi. Hmm lengkap sudah.



One of ticket counter


Awalnya, kami bertanya ke salah satu petugas yang seumuran pakdheku, dia hanya geleng-geleng kepala. Oh, mungkin kurang fasih berbahasa Inggris. Beranjaklah kami ke petugas yang lain, terlihat sedikit lebih muda. Dengan khas gelengan orang India, sambil melambaikan tangan. Sama saja, mereka juga kurang memahami maksud kami. Akhirnya, kami mencari petugas keamanan dengan anggapan harusnya mereka bisa berbahasa Inggris.
Oke, mereka paham, tetapi ujung-ujungnya kami disuruh untuk masuk saja ke dalam dan bertanya langsung kepada petugas. Sama aja dong, bapaaak -_-

Belum menemukan titik temu. Kami mencoba melakukan observasi. Melihat orang yang akan membeli tiket dan bagaimana langkah-langkahnya.
Kami sempat membuntuti seseorang demi mengintip prosedur pemesanan tiket kereta. Dengan bahasa ba-bi-bu-be-bo alias sama-sama tidak paham, ada seseorang yang menyodori kami formulir pemesanan tiket untuk diisi.

"Sukriya!", tapi.... bahasa Hindi lageee -_-



Ada yang lucu, saking gemasnya kakakku tidak ada yang mengerti maksud kami, dia sampai bertanya dengan suara lantang,



"Anyone can speak in English???"

--HENING--

Aku hanya ngakak wkwk
Selang puluhan menit kemudian, kami melihat foreigner yang lebih paham bagaimana memesan tiket. Wajar, dia foreigner Kashmiri sepertinya. Akhirnya aku, kakakku, dan mas IA mengisi formulir pemesanan tiket khusus foreigner. Aku dan kakakku dari Old Delhi ke Jaipur sedangkan mas IA entah kemana aku lupa hehe.
Sudah kami isi lengkap sesuai identitas. 


Standar pengisian seperti memesan tiket kereta di Indonesia kok sahabat, jadi mudah. Hanya saja harus tahu nama kereta dan jam keberangkatan yang akan dipesan, tapi bisa dicek secara online kok di website www.irctc.co.in apakah kereta yang akan kita pesan masih available atau tidak.

Kami sodorkan saja ke petugas loket (anggap saja loket A). Fyi, pembelian tiket di sini tanpa antrean dan bebas, siapa cepat dia dapat. Begitu petugas loket A melihat formulir kami, dengan bahasa isyarat mereka meminta kami pindah ke loket B. Oke, kami ke loket B. Mengantre lagi, dan menyodorkan formulir pemesanan tiket ke petugas, lagi lagi petugas loket B meminta kami ke loket A. Oke, kami ke loket A kembali, sodorkan formulir, lagi-lagi ditolak. Jika mau dihitung, mungkin ada 5 kali kami bolak-balik.

"Why?"
Jelas, tanpa jawaban. Mereka tidak paham.


"Ya Allah... kudu gimana ini? tidak ada yang bisa menjelaskan ke kami apa yang salah dalam pengisian formulir..."
Tiba-tiba, seorang lelaki India tulen dan foreigner Kashmiri (tadi) menjelaskan kepada kami kalau tiket kereta yang kami pesan sudah tidak ada. Harus diganti dengan nama kereta yang lain. Dia juga membantu kami menjelaskan kepada petugas loket maksud dan tujuan kami. Huuu terharu ya Allah...


They helped us :D


Begitu sudah dijelaskan, kami tetap ditolak karena untuk menuju Jaipur harus membeli tiket di Stasiun New Delhi dan kembali lagi ke Stasiun Old Delhi untuk menaiki keretanya dari sana. Ya Allah... mana sanggup? Jarak kedua stasiun itu kan jauh. Kondisi di luar juga hujan lebat, dingin pula.
Keadaan semakin agak menyedihkan ketika tau formulir pemesanan tiket kereta mas IA diterima sedangkan kami tidak 😟

Kami benar-benar kurang paham, mengapa sesusah ini untuk membeli tiket kereta bagi foreigner.Sampai pukul 11.00 siang, kami masih terdampar di Stasiun Old Delhi, dan saat itulah kami berpisah dengan mas IA karena kami memutuskan untuk ke Jaipur menggunakan bus.
Untungnya kami sedikit dihibur dengan keadaan WiFi stasiun yang lumayan cepat, jadi bisa mengontak teman yang ada di Jaipur 😍

Sekitar pukul 12.00 siang, kami putuskan untuk menggunakan moda transportasi mobil online menuju Inter State Bus Terminal (ISBT) Kashmere Gate yang berjarak tidak jauh dari  Stasiun Old Delhi. Ini juga atas saran teman kami.



Flood - on the way to ISBT Kashmere Gate


ISBT Kashmere Gate adalah semacam terminal bus yang kapan saja bisa dipesan tiketnya. Lewat terminal bus tersebut ada bus tujuan Jaipur. Jika di Indonesia mungkin seperti terminal bus Giwangan di Yogyakarta.



ISBT Kashmere Gate from outside


Bagi sahabat yang ingin membeli tiket bus ke Jaipur, begitu memasuki area terminal, harus melewati security check dahulu. Pengecekan dipisah antara lelaki dan perempuan. Setelah itu, turun ke LG dengan menggunakan lift. Begitu keluar, menuju ke kiri pintu lift dan mengantre pembelian tiket bus. Hanya ada satu PC yang digunakan untuk melayani seluruh penumpang, jadi lumayan lama mengantre. 

ISBT Kashmere Gate from inside


Kebetulan, saat itu koneksi internet di LG sedang buruk, sehingga kami diarahkan untuk naik kembali ke lantai G untuk membeli tiket di sana. Pembelian tiket bus sangat mudah bagi foreigner. Tidak perlu menunjukkan paspor, hanya menyebutkan nama saja sudah digenggaman tangan tiket bus menuju Jaipur😃



Bus ticket from Delhi to Jaipur


Harga tiket untuk kelas yang kami naiki sebesar 705 rupee per person.


Saatnya berteman dengan local people 💚


Kurangkum hari ini,


"Bagaimana aku begitu berani mengharap ridha-Mu, padahal aku masih tetap aku..."

"Dan bagaimana aku takkan mengharap, padahal Engkau masih tetap Engkau... Allah"



- to be continued-






Komentar

  1. Mantap ini. Kita senasib sepercancelan. Hahaha

    Saya Iqbal btw =)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

End 2021 : Drop Some Words

Singapura : lewat Batam, ngintip 9 jam

Tears...